HANYA
SATU
Oleh
: Sofa Mrz
Apakah dia tak lagi
menyayangi kami?
Apakah dia akan
mengahancurkan kebahagian selama ini?
Apakah dia lebih
bahagia dengan orang itu?
Apakah itu,,, tidak,aku
tidak mau itu terjadi.
Laras begitu tersiksa dengan semua pikiran-pikaran negative
yang selalu menghampirinya dan nyaris menggerogoti seisi otaknya itu. Pikiran-pikiran
negative itu merubah keseharian Laras yang ceria menjadi lebih pendian dan
tertutup. Laras selalu tampak gundah,galau dan selalu risau.
Pikiran-pikiran negative yang selalu menyelimuti
keseharian Laras yang merupakan anak sulung dari kedua saudaranya tanpak selalu
membayang-bayanginya, hadir disetiap mimpinya dan muncul di setiap khayalannya.
“Haruskah aku katakan yang sebenarnya?” batin Laras.
“Tidak, itu adalah pikiran negatifku saja”.
Dear : Diary,
Apakah itu benar? Aku tak sanggup
untuk memendamnya lagi. Haruskah ku katakan yang sebenarnya agar semua orang
tau dan pikiran-pikiran itu tak lagi mengganggu hidupku. Tapi tidak, aku tak
kuasa membayangkan apa yang akan terjadi kelak,sunggguh aku tak sanggup.
Mulutku serasa terkunci rapat-rapat saat ku hendak mengatakan itu semua.
Ya Allah, ku tau kau pasti dengar.
Kabulkan permintaanku, hanya satu sadarkan dia.
“Dia, batinku ragaku dan rasaku kini telah membencinya”.
Gumam Laras. Laras kini begitu membencinya. Kejadian-kejadian menjijikkan itu
telah membuat rasa hormatnya pada dia sirna dalan sedetik. Tapi dia belum
berani mengungkap hal yang sebenarnya,Laras takut jika itu semua salah tetapi
Laras lebih takut jika itu benar adanya. Kini, Laras menutup rapat-rapat rahasia
Dia yang kini telah menjadi rahasia Laras juga.
“ Bunda…” panggil Laras pelan.
“Iya” jawab bunda singkat tanpa menoleh sedikitpun
tatapannya masih saja pada sinetron yang tengah asik ditontonnya.
”Apakah ini saatnya? Tidak,,, aku tak sanggup,aku tak
tega” Laras pergi meninggalkan bundanya.
“Lho, bukannya Laras memanggil bunda? Kok malah pergi?”
bundanya merasa heran terhadap tingkah Laras.
“Laras kebelet bunda” Laras mempercepat langkahnya.
***
Laras pergi ke sekolah seperti biasanya. Kedua adiknya
diantar oleh ayahnya dengan sepeda motor yang mereka miliki sementara Laras
pergi dengan menaiki becak langganannya.
Sesampainya di sekolah, Laras merasakan hal yang begitu
mengganjal pikirannya. Dia tampak lebih risau dari sebelumnya, tangannya
berkeringat dan jantungnya berdenyut lebih kencang.
“Ya Allah, perasaan apa ini?” Lirih Laras.
Laras memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini, dia
memilih bolos dan pergi ke suatu tempat dimana Laras melihat dia.
“Ya Allah, itu dia. Mengapa kau belum mendengar do’aku?
Hanya satu ya Allah, sadarkan dia…” Laras meninggalkan tempat itu.
Laras memilih pulang ke rumahnya karena dia mengetahui
kalau rumahnya kosong sehingga dia lebih kuasa untuk menangis dan menjerit
sesukanya. Kedua adiknya masih sekolah,ibunya masih kerja dan ayahnya juga
pergi. Ternyata pikiran Laras salah. Saat dia membuka pintu rumahnya dia
melihat kedua adiknya dan ibunya menangis tersendu-sendu. Dan dia berdiri
disudut ruangan dengan muka yang begitu menjijikkan.
“Kak…” Sonya adik bungsu Laras memeluk Laras.
“ Ayah kak…” Indri melakukan hal yang sama seperti Sonya.
“ Sutt… kakak sudah tau sayang.” Laras menempelkan
telunjuknya di bibir mungil Indri.
“ Sejak kapan? Mengapa kau melakukan ini?” tangis bunda
Laras yang begitu mendalam. Laras yang mengetahui bahwa itu adalah perbincangan
orang dewasa mengiring kedua adiknya ke kamar.
“ Aku khilaf” jawab dia.
*3 bulan kemudian…
Laras menjalani hidup seperti biasa. Begitu indah dan
Laras tak pernah merasa haus kasing sayang. Meskipun bundanya telah sah menjadi
single parent. Laras tak pernah haus rasa cinta seorang ayah karena bundanya
selalu bias bermetamorfosis menjadi sesosok ayah jika Laras dan adik-adiknya
butuh seorang ayah dan kembali menjadi seorang bunda yang anggun saat Laras dan
kedua adiknya butuh semangat dari seorang bunda.
Dan dia, Laras begitu bahagia tanpa dia. Pikiran-pikiran
negatifnya itu ternyata benar adanya. Kejadian saat Laras mendegar perbincangan
dia dengan seseorang yang entah siapa melalui via telephone yang begitu
mesranya benar adanya. Kejadian saat Laras melihat dia bergandengan dengan
seseorang yang entah siapa yang begitu mesra juga benar adanya.
“Kini yang lalu biarlah berlalu. Keputusan bunda adalah
keputusan yang terbaik bagi kami. Dan terimakasih ya Allah kau telah mengabulkan
permintaanku yang hanya satu. Tetapi ketika dia telah sadar atas semua
perbuatan setan yang terhina itu aku ,bunda dan kedua adikku yang dianggap
keluarga oleh dia lebih memilih hidup tanpa dia.” Tegas Laras.
“ Hanya satu ayah, kau membuatku kecewa..” Lanjut Laras.
***
0 komentar:
Posting Komentar