Selasa, 10 April 2012

Cerpenku yang duduk manis di folderku.


HANYA SATU
Oleh : Sofa Mrz

Apakah dia tak lagi menyayangi kami?
Apakah dia akan mengahancurkan kebahagian selama ini?
Apakah dia lebih bahagia dengan orang itu?
Apakah itu,,, tidak,aku tidak mau itu terjadi.
            Laras begitu tersiksa dengan semua pikiran-pikaran negative yang selalu menghampirinya dan nyaris menggerogoti seisi otaknya itu. Pikiran-pikiran negative itu merubah keseharian Laras yang ceria menjadi lebih pendian dan tertutup. Laras selalu tampak gundah,galau dan selalu risau.
            Pikiran-pikiran negative yang selalu menyelimuti keseharian Laras yang merupakan anak sulung dari kedua saudaranya tanpak selalu membayang-bayanginya, hadir disetiap mimpinya dan muncul di setiap khayalannya.

            “Haruskah aku katakan yang sebenarnya?” batin Laras. “Tidak, itu adalah pikiran negatifku saja”.
            Dear : Diary,
            Apakah itu benar? Aku tak sanggup untuk memendamnya lagi. Haruskah ku katakan yang sebenarnya agar semua orang tau dan pikiran-pikiran itu tak lagi mengganggu hidupku. Tapi tidak, aku tak kuasa membayangkan apa yang akan terjadi kelak,sunggguh aku tak sanggup. Mulutku serasa terkunci rapat-rapat saat ku hendak mengatakan itu semua.
            Ya Allah, ku tau kau pasti dengar. Kabulkan permintaanku, hanya satu sadarkan dia.
            “Dia, batinku ragaku dan rasaku kini telah membencinya”. Gumam Laras. Laras kini begitu membencinya. Kejadian-kejadian menjijikkan itu telah membuat rasa hormatnya pada dia sirna dalan sedetik. Tapi dia belum berani mengungkap hal yang sebenarnya,Laras takut jika itu semua salah tetapi Laras lebih takut jika itu benar adanya. Kini, Laras menutup rapat-rapat rahasia Dia yang kini telah menjadi rahasia Laras juga.
            “ Bunda…” panggil Laras pelan.
            “Iya” jawab bunda singkat tanpa menoleh sedikitpun tatapannya masih saja pada sinetron yang tengah asik ditontonnya.
            ”Apakah ini saatnya? Tidak,,, aku tak sanggup,aku tak tega” Laras pergi meninggalkan bundanya.
            “Lho, bukannya Laras memanggil bunda? Kok malah pergi?” bundanya merasa heran terhadap tingkah Laras.
            “Laras kebelet bunda” Laras mempercepat langkahnya.
                                                                                ***
            Laras pergi ke sekolah seperti biasanya. Kedua adiknya diantar oleh ayahnya dengan sepeda motor yang mereka miliki sementara Laras pergi dengan menaiki becak langganannya.
            Sesampainya di sekolah, Laras merasakan hal yang begitu mengganjal pikirannya. Dia tampak lebih risau dari sebelumnya, tangannya berkeringat dan jantungnya berdenyut lebih kencang.
            “Ya Allah, perasaan apa ini?” Lirih Laras.
            Laras memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini, dia memilih bolos dan pergi ke suatu tempat dimana Laras melihat dia.
            “Ya Allah, itu dia. Mengapa kau belum mendengar do’aku? Hanya satu ya Allah, sadarkan dia…” Laras meninggalkan tempat itu.
            Laras memilih pulang ke rumahnya karena dia mengetahui kalau rumahnya kosong sehingga dia lebih kuasa untuk menangis dan menjerit sesukanya. Kedua adiknya masih sekolah,ibunya masih kerja dan ayahnya juga pergi. Ternyata pikiran Laras salah. Saat dia membuka pintu rumahnya dia melihat kedua adiknya dan ibunya menangis tersendu-sendu. Dan dia berdiri disudut ruangan dengan muka yang begitu menjijikkan.
            “Kak…” Sonya adik bungsu Laras memeluk Laras.
            “ Ayah kak…” Indri melakukan hal yang sama seperti Sonya.
            “ Sutt… kakak sudah tau sayang.” Laras menempelkan telunjuknya di bibir mungil Indri.
            “ Sejak kapan? Mengapa kau melakukan ini?” tangis bunda Laras yang begitu mendalam. Laras yang mengetahui bahwa itu adalah perbincangan orang dewasa mengiring kedua adiknya ke kamar.
            “ Aku khilaf” jawab dia.
*3 bulan kemudian…
            Laras menjalani hidup seperti biasa. Begitu indah dan Laras tak pernah merasa haus kasing sayang. Meskipun bundanya telah sah menjadi single parent. Laras tak pernah haus rasa cinta seorang ayah karena bundanya selalu bias bermetamorfosis menjadi sesosok ayah jika Laras dan adik-adiknya butuh seorang ayah dan kembali menjadi seorang bunda yang anggun saat Laras dan kedua adiknya butuh semangat dari seorang bunda.
            Dan dia, Laras begitu bahagia tanpa dia. Pikiran-pikiran negatifnya itu ternyata benar adanya. Kejadian saat Laras mendegar perbincangan dia dengan seseorang yang entah siapa melalui via telephone yang begitu mesranya benar adanya. Kejadian saat Laras melihat dia bergandengan dengan seseorang yang entah siapa yang begitu mesra juga benar adanya.
            “Kini yang lalu biarlah berlalu. Keputusan bunda adalah keputusan yang terbaik bagi kami. Dan terimakasih ya Allah kau telah mengabulkan permintaanku yang hanya satu. Tetapi ketika dia telah sadar atas semua perbuatan setan yang terhina itu aku ,bunda dan kedua adikku yang dianggap keluarga oleh dia lebih memilih hidup tanpa dia.” Tegas Laras.
            “ Hanya satu ayah, kau membuatku kecewa..” Lanjut Laras.
***

0 komentar:

Posting Komentar