Kamis, 05 April 2012

Bicara tentang Cinta, bicara tentang Kamu



Tidak, aku tidak menunggu siapapun. Meskipun kelihatannya aku masih tetap duduk disini seperti menunggu kamu. Tapi tidak, aku tidak sedang menunggu.
Sedari tadi aku duduk di kursi tua depan rumahku, melihat setiap orang yang berlewatan. Dan sesekali aku menebar senyumku saat mereka yang ku kenal juga melewati rumahku.
Sebenarnya, aku tak ingin mengingatmu. Tapi kamu selalu saja hadir setiap aku sendiri apakah itu karna aku benar-benar mencintaimu aku sendiri tidak tau.
Disini, kursi ini menjadi kursi favoritmu setiap kali bertandang ke rumahku.  Tawamu yang pelit, bicaramu yang manja menari-nari di otakku itu sebabnya kamu selalu hadir di pikiranku.
Aku jadi ingat, saat pertama kau datang ke rumahku. Dengan gaya rambut barumu yang sengaja aku suruh. Hm… entah mengapa saat itu aku ingin melihatmu dengan rambut gondrong seperti actor-aktor Korea kebanyakan, dan kamu sama sekali tak menolak keinginanku.
Aku hampir tak mengenalmu dengan gaya rambut seperti itu. Tapi detak jantung yang sama tetap aku rasakan saat di dekatmu seperti dulu saat kamu dan aku pertama kali bertemu. Ini memang kamu, lelaki pilihanku yang kujadikan pacar bagiku.
Kamu tau gak sih, aku itu sayang sama kamu. Tapi entah mengapa setiap mengingatmu aku serasa ingin mengangis. Aku takut, aku takut terjadi sesuatu yang aku pun tau tahu itu apa. Aku takut kamu berubah, aku takut kamu pergi, aku takut kamu gak jadi milikku lagi, aku, aku benar-benar takut. Tapi rasa ketakutan itu selalu aku simpan, aku tak ingin kau mengetahuinya.
Bagiku kamu itu luar biasa. Apa karna aku menyanyangimu aku sendiri tidak tahu. Tapi memang benar apa yang mereka katakan. Tapi seandainya itu tak pernah terjadi. Tapi hidup adalah pilihan, aku juga tak tau apakah nanti aku akan memilihmu, atau kau tak akan memilihku.
Tapi bukankah itu cinta? Saat aku tak tau alasan yang tepat jika ada yang menanyakan padaku mengapa aku mencintaimu. Bukankah cinta saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan yang kita miliki?
Kamu ingat gak? Saat kita pergi melihat matahari terbenam, menunggu saat-saat matahari mencium bumi, yang hilang dibalik gunung seperti tenggelam ke dasar laut. Saat itu kau genggam tanganku. “Jangan pernah tinggalin aku ya” suaramu begitu lembut, pelan aku sendiri hampir tak mendengarnya. Tapi bagaimana mungkin aku tak mendengar, sebuah kalimat pendek yang bermakna luar biasa itu terlihat seperti janji. Yang aku tahu janji adalah hutang dan hutang harus dibayar. Aku seakan ragu untuk meengatakan “Iya, oke, pasti” atau apalah kata yang mampu mengiyakan kata-katamu itu. Dan anggukan kepalalah yang aku pilih untuk menjawabnya.
Tapi sadarkah kamu, terkadang ada kata-kata yang mungkin kau tak sengaja untuk kau katakan tapi kata-kata itu telah membuatku sedikit ragu untuk tetap bersamamu. Aku telah katakan bagiku kamu luar biasa, hebat dengan semua kemandirianmu. Rasa hormat yang kau miliki kepada sang ibumu itu cukup mewakilkan perasaanmu bahwa kau tak ingin menyakiti hati seorang wanita. Rasa ini begitu tulus untukmu. Dan kau harus tau itu.
Meskipun kau tak bersamaku nanti. Tidak, mengapa aku mengatakan itu. Tapi itu kata hatiku, jujur aku menginginkan seseorang yang lain yang menjadi pendampingku kelak. Tapi, tapi aku tak tau dia siapa.
Sebelum itu semua terjadi, aku ingin menikmati setiap detik bersamamu. Kenangan indah yang tak akan terganti oleh siapapun. Aku tak sanggup menyakitimu, rasa yang ku punya begitu tulus. Bagiku, bicara tentang cinta adalah bicara tentangmu. Kamu adalah arti cinta yang ku punya. 

0 komentar:

Posting Komentar