Jumat, 27 September 2013

Aku & Sebuah Cerita

Aku dan Sebuah Cerita
By : Sofa Priyandayani Nasution


Waktu aku jumpa Rio

Aku bukanlah type cewek yang gampang jatuh cinta. Bagiku mencintai satu lelaki itu  lebih dari cukup. Banyak temanku yang mengejek dan memuji dengan kesetiaan dalam berpacaran yang kupunya.

Nah, waktu aku jumpa Rio awalnya sungguh biasa saja, nyaris tak ada yang istimewa. Dia hanya lelaki biasa dengan selera fashion yang agak sedikit aneh. Dia gondrong, celana versi gembel koyak sana-sini. Dia cuma berkemeja kotak-kotak seperti mahasiswa kebanyakan. Tak ada yang istimewa toh? Tapi entah mengapa aku merasa begitu akrab dengannya. Diakah yang pandai bergaul atau aku yang sok akrab saat itu, entahlah.

Ups, aku lupa dimana pertama kali kami bertemu. Alumni SMA ku mengadakan sebuah reunian. Aku dan kakak sepupuku datang ke acara yang diadakan di taman kota. Itulah hari dan tempat dimana aku dan Rio bertemu untuk pertama kali. Faktanya, kami dulunya adalah siswa-siswi dalam satu naungan SMA, namun kami tak kunjung bertemu bahkan untuk sekedar say hello. Aku yang memilih jurusan IPA dan dia justru masuk kelas IPS. Satu hal yang wajar menjadikan kami tak saling kenal. Ditambah lagi dia juga seorang murid pindahan dari SMA lain.


Setelah acara reunian itu aku sering berkomunikasi dengannya baik lewat sms, bbm bahkan  chatting via facebook. Aku masih ingat pertama kali Rio nawarin aku untuk pergi bareng ke rumah sepupuku. Katanya sih, dia juga pengen kesana, apa salahnya bareng. Aku sih percaya ajah. Eh, ternyata itu Cuma modus. Terangnya, dia Cuma mau nganterin aku ke rumah sepupu aku dan pengen jumpa aku. Gila, modus banget.

Dia juga agen Neptunus lho. Dia pernah nanyain aku lagi ngapain waktu kami lagi chatting via bbm. Aku yang saat itu lagi nonton perahu kertas  bertanya kembali padanya, apa dia pernah nonton film itu? Jawabnya belum. Sepertinya Rio gak suka nonton. Aku juga nawarin novel perahu kertas yang softcopy version padanya. Dia mengangguk tanda mengiyakan dan membaca tuntas bab per bab di dalam novel itu. Ternyata dia suka. Resmilah dia sebagai salah satu Agen Neptunus. Anyway dia mabuk laut lho. Hahahaha... Mungkin Cuma dia doang Agen neptunus yang mabok laut.

Aku dapat pesan singkat dari temannya.

“Rio suka tuh sama kamu :p”

Aku beneran gak nyangka kalau Rio suka sama aku. Awalnya aku senang Rio ternyata diam-diam suka sama aku. Cuma aku bukan type cewek yang gampang percaya gitu ajah sama statement-statement orang-orang sebelum aku menyaksikan faktanya sendiri.


Well, it’s true.

Ternyata benar  adanya Rio suka aku. Dia mengakui sendiri perasaanya padaku. Aku deg-degan banget waktu Rio nanya gimana perasaan aku ke dia. Aku speechless. Aku kehabisan kata-kata saat itu yang aku ingat hanyalah pernyataan konyol dari salah satu dosenku.

“Kalau kita memang suka, bilang suka. Jangan menyiksa diri. Setelah bilang suka, selesai toh? Urusan malu belakangan yang penting plong”
Bagiku yang masih bergender cewek sungguh sulit menjalankan pernyataan konyol itu, namun tak ada salahnya mencoba.

“Aku juga suka Rio kok”

Huft! Finally I said that. Malu, lega, plong bercampur jadi satu. Aku gak tau kekuatan dari mana yang muncul tiba-tiba dari dalam diriku. Untungnya hanya lewat dunia maya. Aku gak bisa bayangkan gimana malunya aku  kalau itu terjadi secara Live, oh my gosh!

“Gila, ini gila. cewek secantik kamu bisa suka sama aku”

Aku masih ingat banget kata-kata dia itu. Aneh tapi itulah adanya. Aku gak punya alasan mengapa aku bisa suka sama dia. Apa karna dia ganteng, aku gak tau. Apa karna dia baik, aku juga gak tau. Aku beneran gak tau. Murni, rasa ini tumbuh begitu tulus dengan sendirinya.

Sesosok Rio.  

Rio itu sesosok cowok yang gak bisa ditebak. Dia aneh, unik, lucu, nyebelin, ngeselin. ngangenin dan satu lagi gak romantis. Sumpah, aku penasaran banget sama sesosok cowok satu ini. Aku gak pernah ngerasa segila ini sama cowok. Jumpa Rio itu seperti jumpa diriku sendiri dalam versi cowok. Aku yang aneh, dia jauh lebih aneh. Aku yang insomnia mania, dia jauh lebih insomnia. Aku yang tukang molor tingkat ampun-ampunan, dia jauh lebih molor dibanding aku. Aku yang cuek dengan apapun, dia bisa seribu kali lebih cuek. See? Pun, banyak juga perbedaan-perbedaanku dengan sesosok Rio. Tapi perbedaan itu indah kan?

Aku juga msih ingat sms dia yang sumpah dingin banget. Aku yang bener-bener pengen curhat pengen cerita betapa galaunya aku hari itu namun, dia hanya membalas  dengan kata-kata dingin yang bener-bener dingin.  Aku sempat kesal padanya dan berharap bisa menjauh dari Rio saat itu. Saat itu aku benar-benar yakin kalau Rio itu payah, dingin, dan aku kesal karnanya.

Aku salah langsung mengambil penilaian segila itu padanya. Faktanya dia adalah salah satu cowo yang bertype dingin dalam memberi sebuah perhatian. Ectually, he cares but he doesn’t know how to show it up. Yah, aku yang payah saat itu bukan dia, aku harus akui itu. Dia peduli, dia perhatian dengan caranya sendiri dan aku gak bisa maksain dia harus beginilah, begitulah, aku lebih suka dia jadi dirinya sendiri. Ditambah lagi aku baca status Rio di account Facebook miliknya yang menjadi fakta kuat bahwa dia memang begitu.

Like an Avril

Kegilaanku kambuh untuk kesekian kali. Rambut sebahuku ditebas habis bak anak cowok. Aku hanya risih dengan model rambutku yang mulai aneh. Aku memilih untuk merapikannya ke salon dengan harapan lebih terlihat segar. Hasilnya, wow banget! Awesome! Seperti rambut cowo. Aku sedikit kecewa tapi aku puas dengan hasilnya. Aku suka. Ringan banget bagaikan tak berambut. Tapi Rio enggak L.

Ku jepret rambutku untuk beberapa kali dan ku upload hasil terbaiknya ke jejaring social yang paling diminati umat manusia di seleuruh dunia, Facebook. Ternyata dia lihat mungkin muncul di beranda Facebooknya. Banyak yang bilang keren dari komentar-komentar teman-teman di facebook tapi tidak dengan komentarnya, Rio bilang jelek. Dia juga update statusnya di facebook, dan aku juga masih ingat.

“Cewek rambutnya gitu, I dont like, Avril yes”

Kurang lebih begitulah, that was the point. Jujur, beribu komentar yang bilang keren tak mampu menghapus rasa sedih dari satu komentar darinya. Meskipun dia bukan siapa-siapa saat itu, we are just friend that time. Tetapi aku ingin sebuah pujian darinya, jujur. Itu benar-benat mustahil, karna dia lebih menyukai cewe berambut panjang kayak Avril, not like me.

Chunky Bar.

Satu hal yang benar-benar aku suka dari Rio. Dia cepat memaafkan. Sekalipun dia berdebat hebat dengan siapapun dia akan lupa dalam beberapa jam kedepan dan kembali normal bersikap biasa seperti tak terjadi apa-apa.

Begitu juga dengan kami yang janjian berenang bareng. Aku telat dan membuatnya lama menunggu. Dia masih saja cuek dan dingin banget saat itu. Berkaos oblong hijau dan parkir di tepi jalan membuatku iba dengan keteledoranku dalam janjian tepat waktu. Aku lagi-lagi kesal karena sepertinya dia memang tak ada niat untuk berenang bareng. Acara benerangnya kami  cancel.

Aku ikutan dingin dan bungkam seribu bahasa. Aku hanya memainkan helm ku saat itu sebagai modus agar kecanggunganku saat itu tak terlihat. Dia angkat bicara, akhirnya.

“Nanti malam ada acara gak?

Aku baru ingat itu malam minggu. Sebagai seorang jomblo aku pastinya tak akan memiliki acara khusus. Acara kencan dengan tugas membuatku boring dan aku jawab “enggak” dengan singkatnya padanya.

“Nanti aku datang ya”

Biarkan aku mikir keras, aku gak nyangka dalam keadaan dingin seperti tadi dia bisa lupa dan berencana menemuiku lagi. Lagi-lagi aku salah, dia tak marah padaku, atau mungkin sekedar kesal. Entahlah, siapa yang tau masalah hati.

Dia beneran datang. Dia parkir di luar pagar kosku dan mengajakku jalan malam itu. I said Yes. Kita pun pergi setelah dia lama menunggu aku mengganti kostumku.

“Lama ya dan-dannya” katanya.

Kami pergi ke taman kota. Suasanya benar-benar ramai. Maklumlah, malam minggu adalah malam yang dijadikan tradisi orang-orang untuk hang out atau nge date. Begitu juga dengan kami itu hanya sekedar hangout bukan sebuah acara nge-date. Setelah memesan minuman, Rio pergi meninggalkanku tanpa alasan.

“Eh, bentar ya...

Aku gak tau Rio kemana, aku Cuma berpesan jangan lama-lama. Sumpah aku takut. Awalnya aku mikir dia pergi ke rumah temannya yang gak jauh dari taman itu. Ternyata salah, untuk kesekian kalinya aku salah. Dia datang bawak plastik asoy bertuliskan Indomaret yang berisi  2 buah chunky bar dan 2 ice cream magnum gold.

“Janji aku”.

Dia gak lupa janji dia. Gila aku tersanjung banget dikasih coklat sama Rio. Walaupun saat itu aku tak makan karena sariawan yang menggerogoti mulutku. Coklatnya aku makan rame-rame di kos dengan kakak-kakak kos lainnya. Kotak chunky barnya masih terpajang manis di atas lemariku. Bakalan aku simpen, sampai nanti, entah kapan.  Maksih Rio.

Berastagi, dua cowo gila

Tugas-tugas kampus yang begitu penat ditambah dengan acara ujian sana-sini membuatku sedikit ingin refreshing. Timing-nya pas banget. Liburan semester itu aku manfaatkan untuk sekedar main ke tempat wisata terkenal di Sumatera Utara, Brastagi. Aku menunda kepulanganku ke my home sweet home untuk sebuah rencana besar main ke Brastagi.

Medan-Brastagi hanya memakan waktu tiga jam dan itu bukanlah waktu yang lama untuk sebuah perjalanan wisata bagiku. Yang jadi masalah adalah siapakah teman yang akan aku ajak. Teman-teman kampus sibuk dengan acara mereka masing-masing, ada yang pulang, ada yang acara rapat buat inilah, itulah dan itu bukan aku banget untuk ngajak orang-orang yang gak jelas. Dalam artian nyari seribu alasan untuk menolak.

Satu-satunya makhluk tuhan yang terlintas di otakku adalah Rio. Awalnya aku juga gak yakin ngajak Rio, aku takut ganggu acaranya atau jadwal kuliahnya. Karena mereka belum liburan seperti di kampusku. Tapi apa salahnya nanya toh? Well, dia menyanggupi. He said Yes tapi dia takut kalau kami Cuma berdua. Nah, yang jadi masalah tak ada satu pun manusia yang bisa diajakin saat itu. Aku sendiri nyaris give up dan menjadikan itu hanya sebuah angan yang gak akan kesampaian.

Nekad, kami pergi berdua. Hanya dengan mengendarai beat hitam motor kesayanganku kami pun melintasi rute wisata ke Brastagi itu. Beat hitamku sempat ngambek dan mati tiba-tiba. Seperti sebuah tanda bahwa lebih baik kami tak pergi. Eh, tiba-tiba Beatnya nyala lagi dan berhasil mengantarkan kami ke Brastagi. Welcomeee!!!

Kita memilih pergi ke Pagoda. Tempat persembahyangan sih, namun bisa  menarik wisatawan setempat untuk berkunjung termasuk aku. Aku dan Rio masuk ke dalam kuil itu. Oh ya, masuk ke dalam itu gak boleh bawa apa-apa seperti makanan, minuman dan... dan... rokok. Satu hal yang paling tak bisa dipisahkan dari seorang Rio adalah rokok. Dia memang seorang smoker sejati, bahkan aku sempat cemburu sama sebatang rokok karena Rio lebih bahagia bisa bersamanya dibanding aku, iya kali ya. Saat itu Rio kalang kabut banget, terpampang jelas ekspresinya yang kesal tingkat akut. Hahaha...

Setelah hunting  poto sana-sini aku dan Rio memutuskan pulang karena udah sore juga. Kami memutuskan untuk mengakhiri hari itu dan kembali pulang. Malangnya kami kehujanan. Hujannya deras banget Rio dan aku basah kuyup. Kami pun memilih untuk berteduh disebuah tempat makan yang diberi judul “Penatapan”.

Menggigil, gemetaran, kedinginan adalah kata-kata yang pas saat itu. Brastagi yang dingin dan diberi bonus hujan pula menjadikan moment itu Dingin pakek banget. Nah, dua cowo gila ini hanya bermodal kemeja doang tanpa jaket. Kelihatannya kami seperti dua manusia yang lagi uji nyali. Jujur aku kasihan banget sama Rio tapi aku gak tau harus bagaimana?

Dimulai dari teh manis hangat dilanjutkan dengan kopi panas dan ditutup oleh teh hangat menjadikan malam itu bagai tak berujung dan si hujanpun tak kunjung reda. Kami sendiripun  masih setia menunggu redanya hujan dan nyaris menjadi penghuni terakhir di tempat itu.

Satu hal kalau aku boleh jujur. Itu adalah moment kehujanan yang paling romantis yang pernah ada. Aku memang pecinta hujan, I love it so much dan hujan di hari itu begitu berbeda dari hujan-hujan yang lainnya. Hujan saat itu begitu sexy pengen aku cium. Aku gak tau kenapa mengapa begitu berbeda? Apa mungkin karena saat itu aku bareng dia, bareng Rio. Ini bukan sebuah gombalaan atau kealayanku lagi show up, tapi itu benar adanya. Memang itulah yang aku rasain saat itu.

Sabtu malam, Koede Kopie\


 Aku tau Rio suka sama aku dan aku rasa Rio juga tau aku juga ada rasa padanya. Namun, aku yakin kalau rasa itu hanya sebagai rasa yang tak akan memiliki titik temu, karena itulah yang Rio pernah bilang. Sabtu malam kali ini kami kembali ke tempat ngopi yang biasa kami tongkrongin. Mengabiskan malam dengan dua cup coffiee dan sepiring kentang goreng juga sebuah  alunan  musik suara hujan menjadikan semuanya hampir sempurna. Begitu juga dengan aku dan Rio kami bercerita tentang apa saja dan tertawa karena apa saja.

“Faa, mau gak jadi cewek aku?”

Aku berani bersumpah demi langit dan bumi, bulan dan bintang, air dan api, kucing dan tikus, batu dan pasir juga keong dan rumahnya, bahwa seluruh cewe di dunia ini bahkan di planet manapun akan merasa begitu sangat-sangat-sangat bahagia jika lelaki yang dia sukai menyatakan cinta padanya dan dan dan dan... mnegajaknya berkomitmen menjadi sepasang sejoli dengan status Pacaran. Tapi.... tapi... tapi... para cewe-cewe akan begitu pusing entah demi apa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan cowo tersebut.

“Iya aku mau kok jadi cewe kamu”

Sebenarnya gampang Cuma bilang kata-kata itu doangkan? Terus  jadian, sisanya tergantung gimana ngejalaninnya kedepan. Tapi cewe itu ribet, kami tak segampang itu menyikapi persoalan tembak dan ditembak ini. Kami butuh waktu, ceeiillaa. Entah waktu untuk apa juga gak tau.

Kami masih butuh beberapa waktu untuk bilang iya atau tidak. Faktanya itu Cuma alibi doang, karna logikanya gak lucu banget langsung bilang “Iya”. Nanti dibilang gampanganlah  murahanlah. Arr...

Kalau aku sih sebenarnya bukan butuh waktu untuk itu, bukan untuk sebuah alibi. Aku hanya masih tidak percaya seorang Rio akhirnya mengatakan perasaannya. Aku juga masih butuh waktu untuk rewind pertanyaan Rio itu. Sepanjang jalan aku ingat, sampai kosan aku ingat, mau bobok juga ingat, mandi juga ingat, makan juga ingat pokoknya ingat terus deh. Simple tapi cukup membuatku candu untuk mengingat-ingatnya.

Intinya, malam itu aku tak bilang apa-apa. Aku Cuma berani mengatakan yang sebenarnya jika aku juga suka sama Rio itupun hanya lewat bbm. Maaf L.

15 Juni 2013

Jika Indonesia mempunyai 17 Agustus 1945, kami juga punya. Hanya berselisih 2 bulan, 15 Juni 2013. Pasti udah bisa di tebak itu tanggal apa dong ya, Yaph! itu tanggal jadian kami. Akhirnya kami jadian setelah beberapa waktu sempat menggantung setelah hari penembakan dan ditembak kemaren.

Ribet memang untuk sepasang manusia gila seperti Rio dan aku untuk menjadi sah sebagai dua sejoli yang terikat dengan ikatan yang bernama Pacaran.  Rio sesosok cowo yang  tidak mau mengesahkan sebuah pacaran itu lewat dunia maya. Namun, untuk sesosok Aku sangat-sangat tidak mampu untuk berbicara langsung dan lebih memilih lewat dunia maya. Jadi gimana kami bisa jadian? Itu yang jadi pertanyaan besar.

Well...


Kami buat kesepakatan. Kami memilih sabtu malam yang kebetulan bertanggalkan 15 Juni 2013 dan memilih tampat di sebuah warung bakso. Jika saat itu Rio tak datang berarti aku harus lupain dia dan menganggap kalau kami tidak pernah saling kenal dan begitu juga Rio dia akan menghilang dari kehidupan aku. Tetapi jika dia datang malah sebaliknya dia akan menanyakan secara langsung apakah aku benar-benar bersedia menjadi pacarnya? Itu perjanjian yang dia buat dan aku setuju.

Then, dia datang. Jujur, malam itu aku tak bisa jauh dari Hp aku. Aku menunggu sms, telpon atau bbm dari Rio yang menyatakan bahwa dia datang dan lagi otw. Asli aku deg-degan banget. Aku mencoba untuk tidur tapi tak bisa, nonton tivi kepikiran  Rio terus. Datang gak ya.... datang gak ya? Oh, malam itu benar-benar kacau.

Aku dikejutkan dengan sesosok Rio yang datang dengan motor pinjeman dari papanya. Hehe! Dia ganteng banget malam itu. Yang aku ingat dia memakai kaos merah dan jaketnya yang kebiru-biruan juga tak lupa axe choclate nya yang gila wangi banget. Aku sendiri bahkan lupa aku memakai kostum apa saat itu. Entahlah, cinta memang buta.

Sesampainya ditempat tujuan aku sedikit kecewa saat warung bakso favorite aku tutup. Kami pun memilih warung makan di sebelahnya. Kami memesan nasi goreng dan seperti biasa aku melahap habis seporsi nasi goreng itu dan tentunya tidak untuk sesosok Rio yang berperut batu.

Ini adalah agedan yang jujur aku gak suka. Aku malu kalau pipiku tiba-tiba merah kayak tomat.

“Oya, jadi gimana hubungan kita?

Aku lupa aku jawab apa. Aku malu... sumpah deh! Seandainya boleh memilih aku lebih baik amnesia saat itu. Apalagi Rio  tepat di samping aku untung dia gak lihat kaki aku gemetaran si bawah sana. Lagi... lagi... pertanyaannya menggantung.

Kami pun pulang dan masih dengan kepastian yang 50:50. Rio kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama dan lagi-lagi jawaban aku ngawur.

“Ribet ya” Rio sampai bilang itu.

Parahnya aku paling bego masalah beginian. Aku hanya mampu menjawab apa ajah sesuka aku yang gadak hubungannya sama sekali. Rio pun terdiam. Aku mencoba berani mengatakannya, Cuma satu yang terpikir olehku saat itu. Rio lagi bawa motor dan aku lagi diboncengin.  Dia gak mungkin bisa lihat gimana ekspresi aku dan gimana gemetarannya aku saat itu.

“Iya, aku mau kok jadi pacarnya Rio”

Akhirnya pemirsah aku berani. Inilah pertama kali aku jadian secara Live tanpa perantara seperti SMS atau apalah itu.

Waktu aku sama Rio

Rasa ini tulus, murni dan special buat dia. Aku nyaman dekat Rio. Sejak aku kenal Rio aku belajar karatker baru dan aku suka sesuatu yang baru. Aku tau hatiku dan aku yang menjalaninya. Meskipun orang bilang begini, begitu sebelum aku melihat kebenarannya aku gak akan gampang percaya. Aku memilih Rio. Bahagia itu simple, setia itu hal yang gampang, Modalnya Cuma saling percaya. Indeed I believe in you, Rio. Jaga kepercayaanku ya.

Aku udah mention tadi, kalau aku gak pernah segila ini sama cowo. Aku gak pernah kepikiran untuk menciptakan sebuah lagu  untuk sang pacar tapi aku lakuin itu sejak aku sama Rio. Aku juga gak pernah terpikir untuk membuat cerita tentang perjalanan kasihku dengan sang kekasih but I do it for him, for Rio Exactly. Aku juga gak pernah nyoret-nyoret yang yang berbau dengan tanggal jadian, sebuatan sayang, sekali lagi aku lakuin buat Rio. Aku juga cewe yang paling anti untuk update siapa pacar aku di social media. Lucunya, user name aku di Twitter aku kombinasikan dengan nama belakangnya Rio, Faa Isnan. Isnan adalah nama belakangnya sebelum nama keluarganya. Juga, blog aku berisi sesuatu tentang dia dan tumblr yang ku punya juga begitu. Entah, zat addict apa yang Rio punya sehingga aku terbius seperti ini.

Itu semua adalah bukti kalau aku bahagia kenal dia, bersama dia dan menjadi kekasihnya. Meskipun begitu ada satu hal yang paling aku tak ingin dengar dari Rio. Saat-saat dia selalu ingin menyerah dengan hidupnya dan aku benar-benar tak mengerti itu apa dan mengapa. Dia pernah jatuh dari motor dan dia selalu bilang “jikalau semenit saja terlambat ditangani dokter dia akan menghadap Allah dan dia sangat menyesali itu”. Dia ingin semenit itu berlalu agar dia  bisa pergi ke dunia lain nun jauh disana. Aku percaya takdir dan hikmah dari semua yang terjadi. Bisa jadi semenit di detik-detik terakhir hidupnya Allah merencanakan sesuatu yang luar biasa untuknya. Semenit yang diberikan Allah padanya bisa jadi adalah sebuah takdir indah untuk ku bisa bertemu dengannya, menjalin kasih dengannya, menjadi kekasihnya, mengukir cerita, mengumbar tawa bersamanya. Namun, dia tak mengerti bahwa semenit itu adalah semenit yang dirancang dan dirahasiakan oleh Allah yang mungkin sangat berarti buat dia dan dunianya, masa depannya, cita-citanya dan demi keluarganya.

Romario Isnan, aku bahagia memilikinya. Tetapi, Aku juga gak bakalan bisa maafin diri aku sendiri karena telah memilihnya jika suatu saat dia membuatku kecewa. Aku akan jaga hubungan ini dan aku berharap dia juga begitu.

Waktu aku sama Rio...

Aku hanya ingin dua waktu, sekarang dan selamanya.

FaaRio
~15-06-2013~



9 komentar:

Zaki Sipahutar mengatakan...

wkakkakwa antep abizzz..
Rio nya udah baca gk fa ?

campur aduk rasanya

Unknown mengatakan...

hahahahha...
Udah baca dia, hehehe.

gado-gado dong Zaki kalok campur aduk. hehe

Anonim mengatakan...

Wah Baru tw Aq Wanita bisa Tertarik di Buat Si Rio..

Wkwkwk...

Anonim mengatakan...

Izin jadi Pengikut Yo...
Tapi secara Pribadi..
hahahha

Unknown mengatakan...

haaahaaa... bisa ajah!
makasih for follow ya :) nanti aku folbek, visit back ^^

Unknown mengatakan...

So sweet crta nya faa.
Bsar t kping nya rio bcnya wkqkakwkakwkkw :D
Mr-j

Unknown mengatakan...

iya, true story lho itu. hahaha
biarin ajahlah kembang kempis telinga Rio. Biar gak main serong dia nanti.
hahahaa.

anyway, thanks for coming :D

Zaki Sipahutar mengatakan...

wkakwkakw....!!

Hayo siapa yang lagi marahan tingkat dewa langit dan bumi ??????

Unknown mengatakan...

hahahhahaha... itu dulu-dulu zaky. kami kan tetap jadi pasangan paling aneh dan teromantis. hehee

Posting Komentar