Aku
dan Sebuah Cerita
By : Sofa Priyandayani Nasution
Waktu
aku jumpa Rio
Aku bukanlah type cewek yang gampang
jatuh cinta. Bagiku mencintai satu lelaki itu
lebih dari cukup. Banyak temanku yang mengejek dan memuji dengan
kesetiaan dalam berpacaran yang kupunya.
Nah, waktu aku jumpa Rio awalnya
sungguh biasa saja, nyaris tak ada yang istimewa. Dia hanya lelaki biasa dengan
selera fashion yang agak sedikit aneh. Dia gondrong, celana versi gembel koyak
sana-sini. Dia cuma berkemeja kotak-kotak seperti mahasiswa kebanyakan. Tak ada
yang istimewa toh? Tapi entah mengapa aku merasa begitu akrab dengannya. Diakah
yang pandai bergaul atau aku yang sok akrab saat itu, entahlah.
Ups, aku lupa dimana pertama kali kami
bertemu. Alumni SMA ku mengadakan sebuah reunian. Aku dan kakak sepupuku datang
ke acara yang diadakan di taman kota. Itulah hari dan tempat dimana aku dan Rio
bertemu untuk pertama kali. Faktanya, kami dulunya adalah siswa-siswi dalam
satu naungan SMA, namun kami tak kunjung bertemu bahkan untuk sekedar say
hello. Aku yang memilih jurusan IPA dan dia justru masuk kelas IPS. Satu hal
yang wajar menjadikan kami tak saling kenal. Ditambah lagi dia juga seorang
murid pindahan dari SMA lain.
Setelah acara reunian itu aku sering
berkomunikasi dengannya baik lewat sms, bbm bahkan chatting via facebook. Aku masih ingat
pertama kali Rio nawarin aku untuk pergi bareng ke rumah sepupuku. Katanya sih,
dia juga pengen kesana, apa salahnya bareng. Aku sih percaya ajah. Eh, ternyata
itu Cuma modus. Terangnya, dia Cuma mau nganterin aku ke rumah sepupu aku dan
pengen jumpa aku. Gila, modus banget.
Dia juga agen Neptunus lho. Dia pernah nanyain
aku lagi ngapain waktu kami lagi chatting via bbm. Aku yang saat itu lagi
nonton perahu kertas bertanya kembali
padanya, apa dia pernah nonton film itu? Jawabnya belum. Sepertinya Rio gak
suka nonton. Aku juga nawarin novel perahu kertas yang softcopy version
padanya. Dia mengangguk tanda mengiyakan dan membaca tuntas bab per bab di
dalam novel itu. Ternyata dia suka. Resmilah dia sebagai salah satu Agen
Neptunus. Anyway dia mabuk laut lho. Hahahaha... Mungkin Cuma dia doang Agen
neptunus yang mabok laut.
Aku dapat pesan singkat dari temannya.
“Rio suka tuh sama kamu :p”
Aku beneran gak nyangka kalau Rio suka
sama aku. Awalnya aku senang Rio ternyata diam-diam suka sama aku. Cuma aku
bukan type cewek yang gampang percaya gitu ajah sama statement-statement
orang-orang sebelum aku menyaksikan faktanya sendiri.
Well,
it’s true.
Ternyata benar adanya Rio suka aku. Dia mengakui sendiri
perasaanya padaku. Aku deg-degan banget waktu Rio nanya gimana perasaan aku ke
dia. Aku speechless. Aku kehabisan kata-kata saat itu yang aku ingat hanyalah
pernyataan konyol dari salah satu dosenku.
“Kalau kita memang suka, bilang suka.
Jangan menyiksa diri. Setelah bilang suka, selesai toh? Urusan malu belakangan
yang penting plong”
Bagiku yang masih bergender cewek
sungguh sulit menjalankan pernyataan konyol itu, namun tak ada salahnya
mencoba.
“Aku juga suka Rio kok”
Huft! Finally I said that. Malu, lega,
plong bercampur jadi satu. Aku gak tau kekuatan dari mana yang muncul tiba-tiba
dari dalam diriku. Untungnya hanya lewat dunia maya. Aku gak bisa bayangkan
gimana malunya aku kalau itu terjadi
secara Live, oh my gosh!
“Gila, ini gila. cewek secantik kamu
bisa suka sama aku”
Aku masih ingat banget kata-kata dia
itu. Aneh tapi itulah adanya. Aku gak punya alasan mengapa aku bisa suka sama
dia. Apa karna dia ganteng, aku gak tau. Apa karna dia baik, aku juga gak tau.
Aku beneran gak tau. Murni, rasa ini tumbuh begitu tulus dengan sendirinya.
Sesosok
Rio.
Rio itu sesosok cowok yang gak bisa
ditebak. Dia aneh, unik, lucu, nyebelin, ngeselin. ngangenin dan satu lagi gak romantis. Sumpah, aku
penasaran banget sama sesosok cowok satu ini. Aku gak pernah ngerasa segila ini
sama cowok. Jumpa Rio itu seperti jumpa diriku sendiri dalam versi cowok. Aku
yang aneh, dia jauh lebih aneh. Aku yang insomnia mania, dia jauh lebih
insomnia. Aku yang tukang molor tingkat ampun-ampunan, dia jauh lebih molor
dibanding aku. Aku yang cuek dengan apapun, dia bisa seribu kali lebih cuek. See?
Pun, banyak juga perbedaan-perbedaanku dengan sesosok Rio. Tapi perbedaan itu
indah kan?
Aku juga msih ingat sms dia yang sumpah
dingin banget. Aku yang bener-bener pengen curhat pengen cerita betapa galaunya
aku hari itu namun, dia hanya membalas
dengan kata-kata dingin yang bener-bener dingin. Aku sempat kesal padanya dan berharap bisa menjauh
dari Rio saat itu. Saat itu aku benar-benar yakin kalau Rio itu payah, dingin,
dan aku kesal karnanya.
Aku salah langsung mengambil penilaian
segila itu padanya. Faktanya dia adalah salah satu cowo yang bertype dingin
dalam memberi sebuah perhatian. Ectually, he cares but he doesn’t know how to
show it up. Yah, aku yang payah saat itu bukan dia, aku harus akui itu. Dia
peduli, dia perhatian dengan caranya sendiri dan aku gak bisa maksain dia harus
beginilah, begitulah, aku lebih suka dia jadi dirinya sendiri. Ditambah lagi
aku baca status Rio di account Facebook miliknya yang menjadi fakta kuat bahwa dia
memang begitu.
Like
an Avril
Kegilaanku kambuh untuk kesekian kali.
Rambut sebahuku ditebas habis bak anak cowok. Aku hanya risih dengan model
rambutku yang mulai aneh. Aku memilih untuk merapikannya ke salon dengan
harapan lebih terlihat segar. Hasilnya, wow banget! Awesome! Seperti rambut
cowo. Aku sedikit kecewa tapi aku puas dengan hasilnya. Aku suka. Ringan banget
bagaikan tak berambut. Tapi Rio enggak L.
Ku jepret rambutku untuk beberapa kali
dan ku upload hasil terbaiknya ke jejaring social yang paling diminati umat
manusia di seleuruh dunia, Facebook. Ternyata dia lihat mungkin muncul di
beranda Facebooknya. Banyak yang bilang keren dari komentar-komentar
teman-teman di facebook tapi tidak dengan komentarnya, Rio bilang jelek. Dia
juga update statusnya di facebook, dan aku juga masih ingat.
“Cewek rambutnya gitu, I dont like,
Avril yes”
Kurang lebih begitulah, that was the
point. Jujur, beribu komentar yang bilang keren tak mampu menghapus rasa sedih
dari satu komentar darinya. Meskipun dia bukan siapa-siapa saat itu, we are
just friend that time. Tetapi aku ingin sebuah pujian darinya, jujur. Itu
benar-benat mustahil, karna dia lebih menyukai cewe berambut panjang kayak
Avril, not like me.
Chunky
Bar.
Satu hal yang benar-benar aku suka dari
Rio. Dia cepat memaafkan. Sekalipun dia berdebat hebat dengan siapapun dia akan
lupa dalam beberapa jam kedepan dan kembali normal bersikap biasa seperti tak
terjadi apa-apa.
Begitu juga dengan kami yang janjian
berenang bareng. Aku telat dan membuatnya lama menunggu. Dia masih saja cuek
dan dingin banget saat itu. Berkaos oblong hijau dan parkir di tepi jalan
membuatku iba dengan keteledoranku dalam janjian tepat waktu. Aku lagi-lagi
kesal karena sepertinya dia memang tak ada niat untuk berenang bareng. Acara
benerangnya kami cancel.
Aku ikutan dingin dan bungkam seribu
bahasa. Aku hanya memainkan helm ku saat itu sebagai modus agar kecanggunganku
saat itu tak terlihat. Dia angkat bicara, akhirnya.
“Nanti malam ada acara gak?
Aku baru ingat itu malam minggu. Sebagai
seorang jomblo aku pastinya tak akan memiliki acara khusus. Acara kencan dengan
tugas membuatku boring dan aku jawab “enggak” dengan singkatnya padanya.
“Nanti aku datang ya”
Biarkan aku mikir keras, aku gak
nyangka dalam keadaan dingin seperti tadi dia bisa lupa dan berencana menemuiku
lagi. Lagi-lagi aku salah, dia tak marah padaku, atau mungkin sekedar kesal.
Entahlah, siapa yang tau masalah hati.
Dia beneran datang. Dia parkir di luar
pagar kosku dan mengajakku jalan malam itu. I said Yes. Kita pun pergi setelah
dia lama menunggu aku mengganti kostumku.
“Lama ya dan-dannya” katanya.
Kami pergi ke taman kota. Suasanya
benar-benar ramai. Maklumlah, malam minggu adalah malam yang dijadikan tradisi
orang-orang untuk hang out atau nge date. Begitu juga dengan kami itu hanya
sekedar hangout bukan sebuah acara nge-date. Setelah memesan minuman, Rio pergi
meninggalkanku tanpa alasan.
“Eh, bentar ya...
Aku gak tau Rio kemana, aku Cuma
berpesan jangan lama-lama. Sumpah aku takut. Awalnya aku mikir dia pergi ke
rumah temannya yang gak jauh dari taman itu. Ternyata salah, untuk kesekian
kalinya aku salah. Dia datang bawak plastik asoy bertuliskan Indomaret yang
berisi 2 buah chunky bar dan 2 ice cream
magnum gold.
“Janji aku”.
Dia gak lupa janji dia. Gila aku
tersanjung banget dikasih coklat sama Rio. Walaupun saat itu aku tak makan
karena sariawan yang menggerogoti mulutku. Coklatnya aku makan rame-rame di kos
dengan kakak-kakak kos lainnya. Kotak chunky barnya masih terpajang manis di
atas lemariku. Bakalan aku simpen, sampai nanti, entah kapan. Maksih Rio.
Berastagi,
dua cowo gila
Tugas-tugas kampus yang begitu penat
ditambah dengan acara ujian sana-sini membuatku sedikit ingin refreshing. Timing-nya
pas banget. Liburan semester itu aku manfaatkan untuk sekedar main ke tempat
wisata terkenal di Sumatera Utara, Brastagi. Aku menunda kepulanganku ke my
home sweet home untuk sebuah rencana besar main ke Brastagi.
Medan-Brastagi hanya memakan waktu tiga
jam dan itu bukanlah waktu yang lama untuk sebuah perjalanan wisata bagiku.
Yang jadi masalah adalah siapakah teman yang akan aku ajak. Teman-teman kampus
sibuk dengan acara mereka masing-masing, ada yang pulang, ada yang acara rapat
buat inilah, itulah dan itu bukan aku banget untuk ngajak orang-orang yang gak
jelas. Dalam artian nyari seribu alasan untuk menolak.
Satu-satunya makhluk tuhan yang
terlintas di otakku adalah Rio. Awalnya aku juga gak yakin ngajak Rio, aku
takut ganggu acaranya atau jadwal kuliahnya. Karena mereka belum liburan
seperti di kampusku. Tapi apa salahnya nanya toh? Well, dia menyanggupi. He
said Yes tapi dia takut kalau kami Cuma berdua. Nah, yang jadi masalah tak ada
satu pun manusia yang bisa diajakin saat itu. Aku sendiri nyaris give up dan
menjadikan itu hanya sebuah angan yang gak akan kesampaian.
Nekad, kami pergi berdua. Hanya dengan
mengendarai beat hitam motor kesayanganku kami pun melintasi rute wisata ke
Brastagi itu. Beat hitamku sempat ngambek dan mati tiba-tiba. Seperti sebuah
tanda bahwa lebih baik kami tak pergi. Eh, tiba-tiba Beatnya nyala lagi dan
berhasil mengantarkan kami ke Brastagi. Welcomeee!!!
Kita memilih pergi ke Pagoda. Tempat
persembahyangan sih, namun bisa menarik
wisatawan setempat untuk berkunjung termasuk aku. Aku dan Rio masuk ke dalam
kuil itu. Oh ya, masuk ke dalam itu gak boleh bawa apa-apa seperti makanan,
minuman dan... dan... rokok. Satu hal yang paling tak bisa dipisahkan dari
seorang Rio adalah rokok. Dia memang seorang smoker sejati, bahkan aku sempat
cemburu sama sebatang rokok karena Rio lebih bahagia bisa bersamanya dibanding
aku, iya kali ya. Saat itu Rio kalang kabut banget, terpampang jelas
ekspresinya yang kesal tingkat akut. Hahaha...
Setelah hunting poto sana-sini aku dan Rio memutuskan pulang
karena udah sore juga. Kami memutuskan untuk mengakhiri hari itu dan kembali
pulang. Malangnya kami kehujanan. Hujannya deras banget Rio dan aku basah
kuyup. Kami pun memilih untuk berteduh disebuah tempat makan yang diberi judul
“Penatapan”.
Menggigil, gemetaran, kedinginan adalah
kata-kata yang pas saat itu. Brastagi yang dingin dan diberi bonus hujan pula
menjadikan moment itu Dingin pakek banget. Nah, dua cowo gila ini hanya
bermodal kemeja doang tanpa jaket. Kelihatannya kami seperti dua manusia yang
lagi uji nyali. Jujur aku kasihan banget sama Rio tapi aku gak tau harus
bagaimana?
Dimulai dari teh manis hangat
dilanjutkan dengan kopi panas dan ditutup oleh teh hangat menjadikan malam itu
bagai tak berujung dan si hujanpun tak kunjung reda. Kami sendiripun masih setia menunggu redanya hujan dan nyaris
menjadi penghuni terakhir di tempat itu.
Satu hal kalau aku boleh jujur. Itu
adalah moment kehujanan yang paling romantis yang pernah ada. Aku memang
pecinta hujan, I love it so much dan hujan di hari itu begitu berbeda dari
hujan-hujan yang lainnya. Hujan saat itu begitu sexy pengen aku cium. Aku gak
tau kenapa mengapa begitu berbeda? Apa mungkin karena saat itu aku bareng dia,
bareng Rio. Ini bukan sebuah gombalaan atau kealayanku lagi show up, tapi itu
benar adanya. Memang itulah yang aku rasain saat itu.
Sabtu
malam, Koede Kopie\
Aku
tau Rio suka sama aku dan aku rasa Rio juga tau aku juga ada rasa padanya. Namun,
aku yakin kalau rasa itu hanya sebagai rasa yang tak akan memiliki titik temu,
karena itulah yang Rio pernah bilang. Sabtu malam kali ini kami kembali ke
tempat ngopi yang biasa kami tongkrongin. Mengabiskan malam dengan dua cup
coffiee dan sepiring kentang goreng juga sebuah alunan musik
suara hujan menjadikan semuanya hampir sempurna. Begitu juga dengan aku dan Rio
kami bercerita tentang apa saja dan tertawa karena apa saja.
“Faa, mau gak jadi cewek aku?”
Aku berani bersumpah demi langit dan
bumi, bulan dan bintang, air dan api, kucing dan tikus, batu dan pasir juga keong
dan rumahnya, bahwa seluruh cewe di dunia ini bahkan di planet manapun akan
merasa begitu sangat-sangat-sangat bahagia jika lelaki yang dia sukai
menyatakan cinta padanya dan dan dan dan... mnegajaknya berkomitmen menjadi
sepasang sejoli dengan status Pacaran. Tapi.... tapi... tapi... para cewe-cewe
akan begitu pusing entah demi apa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
cowo tersebut.
“Iya aku mau kok jadi cewe kamu”
Sebenarnya gampang Cuma bilang
kata-kata itu doangkan? Terus jadian,
sisanya tergantung gimana ngejalaninnya kedepan. Tapi cewe itu ribet, kami tak
segampang itu menyikapi persoalan tembak dan ditembak ini. Kami butuh waktu,
ceeiillaa. Entah waktu untuk apa juga gak tau.
Kami masih butuh beberapa waktu untuk
bilang iya atau tidak. Faktanya itu Cuma alibi doang, karna logikanya gak lucu
banget langsung bilang “Iya”. Nanti dibilang gampanganlah murahanlah. Arr...
Kalau aku sih sebenarnya bukan butuh
waktu untuk itu, bukan untuk sebuah alibi. Aku hanya masih tidak percaya
seorang Rio akhirnya mengatakan perasaannya. Aku juga masih butuh waktu untuk
rewind pertanyaan Rio itu. Sepanjang jalan aku ingat, sampai kosan aku ingat,
mau bobok juga ingat, mandi juga ingat, makan juga ingat pokoknya ingat terus
deh. Simple tapi cukup membuatku candu untuk mengingat-ingatnya.
Intinya, malam itu aku tak bilang
apa-apa. Aku Cuma berani mengatakan yang sebenarnya jika aku juga suka sama Rio
itupun hanya lewat bbm. Maaf L.
15
Juni 2013
Jika Indonesia mempunyai 17 Agustus
1945, kami juga punya. Hanya berselisih 2 bulan, 15 Juni 2013. Pasti udah bisa
di tebak itu tanggal apa dong ya, Yaph! itu tanggal jadian kami. Akhirnya kami
jadian setelah beberapa waktu sempat menggantung setelah hari penembakan dan
ditembak kemaren.
Ribet memang untuk sepasang manusia
gila seperti Rio dan aku untuk menjadi sah sebagai dua sejoli yang terikat
dengan ikatan yang bernama Pacaran. Rio
sesosok cowo yang tidak mau mengesahkan
sebuah pacaran itu lewat dunia maya. Namun, untuk sesosok Aku sangat-sangat
tidak mampu untuk berbicara langsung dan lebih memilih lewat dunia maya. Jadi
gimana kami bisa jadian? Itu yang jadi pertanyaan besar.
Well...
Kami buat kesepakatan. Kami memilih
sabtu malam yang kebetulan bertanggalkan 15 Juni 2013 dan memilih tampat di sebuah
warung bakso. Jika saat itu Rio tak datang berarti aku harus lupain dia dan
menganggap kalau kami tidak pernah saling kenal dan begitu juga Rio dia akan
menghilang dari kehidupan aku. Tetapi jika dia datang malah sebaliknya dia akan
menanyakan secara langsung apakah aku benar-benar bersedia menjadi pacarnya? Itu
perjanjian yang dia buat dan aku setuju.
Then, dia datang. Jujur, malam itu aku
tak bisa jauh dari Hp aku. Aku menunggu sms, telpon atau bbm dari Rio yang
menyatakan bahwa dia datang dan lagi otw. Asli aku deg-degan banget. Aku
mencoba untuk tidur tapi tak bisa, nonton tivi kepikiran Rio terus. Datang gak ya.... datang gak ya? Oh,
malam itu benar-benar kacau.
Aku dikejutkan dengan sesosok Rio yang
datang dengan motor pinjeman dari papanya. Hehe! Dia ganteng banget malam itu. Yang
aku ingat dia memakai kaos merah dan jaketnya yang kebiru-biruan juga tak lupa
axe choclate nya yang gila wangi banget. Aku sendiri bahkan lupa aku memakai
kostum apa saat itu. Entahlah, cinta memang buta.
Sesampainya ditempat tujuan aku sedikit
kecewa saat warung bakso favorite aku tutup. Kami pun memilih warung makan di
sebelahnya. Kami memesan nasi goreng dan seperti biasa aku melahap habis
seporsi nasi goreng itu dan tentunya tidak untuk sesosok Rio yang berperut batu.
Ini adalah agedan yang jujur aku gak
suka. Aku malu kalau pipiku tiba-tiba merah kayak tomat.
“Oya, jadi gimana hubungan kita?
Aku lupa aku jawab apa. Aku malu...
sumpah deh! Seandainya boleh memilih aku lebih baik amnesia saat itu. Apalagi
Rio tepat di samping aku untung dia gak
lihat kaki aku gemetaran si bawah sana. Lagi... lagi... pertanyaannya
menggantung.
Kami pun pulang dan masih dengan
kepastian yang 50:50. Rio kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama dan
lagi-lagi jawaban aku ngawur.
“Ribet ya” Rio sampai bilang itu.
Parahnya aku paling bego masalah
beginian. Aku hanya mampu menjawab apa ajah sesuka aku yang gadak hubungannya
sama sekali. Rio pun terdiam. Aku mencoba berani mengatakannya, Cuma satu yang
terpikir olehku saat itu. Rio lagi bawa motor dan aku lagi diboncengin. Dia gak mungkin bisa lihat gimana ekspresi aku
dan gimana gemetarannya aku saat itu.
“Iya, aku mau kok jadi pacarnya Rio”
Akhirnya pemirsah aku berani. Inilah
pertama kali aku jadian secara Live tanpa perantara seperti SMS atau apalah
itu.
Waktu
aku sama Rio
Rasa ini tulus, murni dan special buat
dia. Aku nyaman dekat Rio. Sejak aku kenal Rio aku belajar karatker baru dan
aku suka sesuatu yang baru. Aku tau hatiku dan aku yang menjalaninya. Meskipun
orang bilang begini, begitu sebelum aku melihat kebenarannya aku gak akan
gampang percaya. Aku memilih Rio. Bahagia itu simple, setia itu hal yang
gampang, Modalnya Cuma saling percaya. Indeed I believe in you, Rio. Jaga
kepercayaanku ya.
Aku udah mention tadi, kalau aku gak
pernah segila ini sama cowo. Aku gak pernah kepikiran untuk menciptakan sebuah
lagu untuk sang pacar tapi aku lakuin
itu sejak aku sama Rio. Aku juga gak pernah terpikir untuk membuat cerita
tentang perjalanan kasihku dengan sang kekasih but I do it for him, for Rio
Exactly. Aku juga gak pernah nyoret-nyoret yang yang berbau dengan tanggal
jadian, sebuatan sayang, sekali lagi aku lakuin buat Rio. Aku juga cewe yang
paling anti untuk update siapa pacar aku di social media. Lucunya, user name
aku di Twitter aku kombinasikan dengan nama belakangnya Rio, Faa Isnan. Isnan
adalah nama belakangnya sebelum nama keluarganya. Juga, blog aku berisi sesuatu
tentang dia dan tumblr yang ku punya juga begitu. Entah, zat addict apa yang
Rio punya sehingga aku terbius seperti ini.
Itu semua adalah bukti kalau aku
bahagia kenal dia, bersama dia dan menjadi kekasihnya. Meskipun begitu ada satu
hal yang paling aku tak ingin dengar dari Rio. Saat-saat dia selalu ingin
menyerah dengan hidupnya dan aku benar-benar tak mengerti itu apa dan mengapa.
Dia pernah jatuh dari motor dan dia selalu bilang “jikalau semenit saja
terlambat ditangani dokter dia akan menghadap Allah dan dia sangat menyesali
itu”. Dia ingin semenit itu berlalu agar dia bisa pergi ke dunia lain nun jauh disana. Aku
percaya takdir dan hikmah dari semua yang terjadi. Bisa jadi semenit di
detik-detik terakhir hidupnya Allah merencanakan sesuatu yang luar biasa
untuknya. Semenit yang diberikan Allah padanya bisa jadi adalah sebuah takdir
indah untuk ku bisa bertemu dengannya, menjalin kasih dengannya, menjadi
kekasihnya, mengukir cerita, mengumbar tawa bersamanya. Namun, dia tak mengerti
bahwa semenit itu adalah semenit yang dirancang dan dirahasiakan oleh Allah
yang mungkin sangat berarti buat dia dan dunianya, masa depannya, cita-citanya
dan demi keluarganya.
Romario Isnan, aku bahagia memilikinya.
Tetapi, Aku juga gak bakalan bisa maafin diri aku sendiri karena telah
memilihnya jika suatu saat dia membuatku
kecewa. Aku akan jaga hubungan ini dan aku berharap dia juga begitu.
Waktu aku sama Rio...
Aku hanya ingin dua waktu, sekarang dan
selamanya.
FaaRio
~15-06-2013~
9 komentar:
wkakkakwa antep abizzz..
Rio nya udah baca gk fa ?
campur aduk rasanya
hahahahha...
Udah baca dia, hehehe.
gado-gado dong Zaki kalok campur aduk. hehe
Wah Baru tw Aq Wanita bisa Tertarik di Buat Si Rio..
Wkwkwk...
Izin jadi Pengikut Yo...
Tapi secara Pribadi..
hahahha
haaahaaa... bisa ajah!
makasih for follow ya :) nanti aku folbek, visit back ^^
So sweet crta nya faa.
Bsar t kping nya rio bcnya wkqkakwkakwkkw :D
Mr-j
iya, true story lho itu. hahaha
biarin ajahlah kembang kempis telinga Rio. Biar gak main serong dia nanti.
hahahaa.
anyway, thanks for coming :D
wkakwkakw....!!
Hayo siapa yang lagi marahan tingkat dewa langit dan bumi ??????
hahahhahaha... itu dulu-dulu zaky. kami kan tetap jadi pasangan paling aneh dan teromantis. hehee
Posting Komentar