DONGENG
BAHAN
AJAR
SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 3 SIBABANGUN
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/SEMESTER : VII / I
MATERI POKOK : TEKS CERITA DONGENG
TEMA : CERITA DONGENG
KOMPETENSI INTI :
·
KI
1
: Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya
·
KI
2 : Mengahrgai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab peduli
(toleransi, gotong royong, santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
·
KI
3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual
dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, terkait
fenomena
dan kejadian tampak mata
·
KI
4 : Mencoba, mengolah dan menyaji dalam
ranah konkret ( menggunakan
mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat)
dan ranah abstrak ( menulis,
membaca, menghitung, menggambar dan mengarang)
sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
KOMPETENSI
DASAR
·
3.2 :
membedakan teks hasil observasi, tanggapan, deskriptif, eksposisi dan cerita
pendek baik melalui lisan maupun
tulisan
INDIKATOR
·
Mampu menentukan tema dongeng yng
diperdengarkan
·
Mampu menunjukkan relevansi tema dengan
situasi sekarang
·
mampu mengemukakan hal menarik dalam
dongeng
A.
Petunjuk
Pembelajaran
·
Guru menyuruh siswa membaca sebuah
dongeng
·
Siswa membaca dongeng dalam hati
·
Siswa mencari hal-hal yang menarik dari
dongeng yang dibaca
·
Siswa mencari nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita dongeng
B.
Tujuan
Pembelajaran
·
Dengan adanya bahan ajar peserta didik
dapat lebih meningkatkan kegiatan membaca terutama membaca dongeng.
·
Peserta didik dapat menemukan tema
dongeng yang dibacanya
·
Peserta didik dapat mencari ide-ide
menarik dari dongeng.
·
Perserta didik dapat mencari nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita dongeng.
C.
Materi
Bahan Ajar
“DONGENG”
Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan salah satu jenis
prosa lama dalam kesusasteraan Indonesia yang ceritanya tidak benar-benar
terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Sedangkan
menurut wikipedia dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral.
Dari dua pengertian tersebut dapat
diketahui bahawa dalam dongeng nilai-nilai moral diajarkan, dan tidak selamanya
dongeng diambilkan dari kisah fiktif. Kisah nyata pun bisa dijadikan bahan
untuk mendongeng dengan kemasan dominan pada unsur seninya.
Ini artinya, mengajarkan dongeng berarti mengajarkan pula nilai-nilai moral dan budi pekerti pada peserta didik. Sehingga menemukan hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng yang diperdengarkan dijadikan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pengajaran dongeng.
Ini artinya, mengajarkan dongeng berarti mengajarkan pula nilai-nilai moral dan budi pekerti pada peserta didik. Sehingga menemukan hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng yang diperdengarkan dijadikan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pengajaran dongeng.
Ciri-ciri dongeng
Dongeng merupakan karya sastra lama
yang biasanya mempunyai sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:
- Anonim
artinya dongeng sering kita temukan tanpa diketahui nama
pengarangnya.
- Disebarkan
dari mulut ke mulut. Pada zaman dulu dongeng sering diperdengarkan oleh
seorang yang disebut pelipur lara, yaitu seorang pendongeng yang biasanya
di undang ke istana untuk menghibur.
- Bersifat
istana sentris hal ini wajar karena dongeng sering diperdengarkan di
istana, sehingga kisah yang diangkat lebih banyak pada kehidupan istana.
Dalam
perkembangannya sekarang ini banyak yang sudah berusaha mengumpulkan buku yang
berisi kumpulan dongeng, baik yang berjenis fabel, sage, mite, legemde maupun
parabel.
Jeni-Jenis Dongeng
Jeni-Jenis Dongeng
Dongeng sendiri banyak ragamnya,
yaitu sebagai berikut :
- Fabel
yaitu cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Fabel
sering digunakan sebagai cerita dalam rangka mendidik masyarakat. Misalnya
cerita tadi. Amanat yang dapat anda petik adalah jangan sekali-kali
berbuat sombong. Karena kesombongan bukan senjata yang tepat untuk
memenangkan kejuaraan.
Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, - Mite
(mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap
sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib.
Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana,
Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai,
dan lain-lain.
- Legenda,
adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu
tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu,
dan lain-lain.
- Sage,
adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan
keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh :
Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
- Parabel,
adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi,
Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
- Dongeng jenaka,
adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan
masing-masing dilukiskan secara humor.Contoh : Pak Pandir, Lebai
Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
Seperti prosa yang lain, dongeng juga tersusun atas dua
unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sasta
(dongeng) dari dalam.Dikatakan membangun karya sastra dari dalam karena
unsur-unsur tersebut akan secara langsung ditemukan ketika pembaca membaca
karya sastra tersebu. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun
karya sastra dari luar. Contoh unsur intrinsik adalah judul, tema, alur atau
plot, tokoh, setting, amanah, dan gaya bahasa. Sedangkan contoh unsur
ekstrinsik adalah tingkat pendidikan, sosial budaya masyarakat, tingkat ekonomi
dan sebagainya.
D.
Rangkuman
Dongeng adalah salah satu jenis
prosa lama dalam kesusasteraan Indonesia yang tidak benar-benar terjadi
(terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh).
Ciri-ciri dongeng
·
Anonim
artinya dongeng sering kita temukan tanpa diketahui nama pengarangnya.
·
Disebarkan
dari mulut ke mulut.
·
Bersifat
istana sentris hal ini wajar karena dongeng sering diperdengarkan di istana,
sehingga kisah yang diangkat lebih banyak pada kehidupan istana.
Jeni-Jenis Dongeng
- Fabel
yaitu cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil
dengan Harimau.
- Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang
berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang
dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki
Ageng Selo.
- Legenda,
adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu
tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu,
dan lain-lain.
- Sage,
adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan
keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh :
Calon Arang, Airlangga,
- Parabel,
adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi,
Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
·
Dongeng jenaka, adalah cerita
tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan
secara humor.Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang.
Dongeng juga tersusun atas dua unsur, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sasta
(dongeng) dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun
karya sastra dari luar.
Contoh unsur intrinsik adalah judul, tema, alur atau plot,
tokoh, setting, amanah, dan gaya bahasa. Sedangkan contoh unsur ekstrinsik
adalah tingkat pendidikan, sosial budaya masyarakat, tingkat ekonomi dan sebagainya.
Bacalah cerita dongeng di bawah
ini!
Merpati,
Ayam dan Musang
Konon, di tepi desa yang damai dan sejuk
ada sebuah air mancung yang amat indah, selain tempatnya memang asri, tempat
itu juga gemah rimpah loh jinawi. Begitulah yang sering diceritakan para dalang
dalam serial pewayangan.
Di tempat itu juga hiodup sepasang
merpati yang amat rukun dan masing-masing sedang membuat rumah. keduanya amat
rukun karena yakin bahwa setelah rumahnya jadi, akan segera di tempatinya
dengan tenang.
Mereka senang dapat memperoleh tempat
bermukim yang layak, aman, tentram dan damai serta kecukupan hidupnya. Mereka
pun yakin bahwa nantinya akan hadir sepasang anak merpati yang sehat.
Oleh karena itu mereka berdua rajin
membuat rumah. Kerja semakin di tingkatkan, menjadi kerja keras tak kenal
lelah. Andaikata hewan-hewan lain
melihatnya, tentulah mereka iri terhadap sepasang merpati tadi. Begitu juga,
mereka akan melihat alangkah indah pemandangan di sekitar rumah merpati.
Dari sekian jenis hewan yang iri melihat
rumah sang merpati, sepasang ayamlah yang paling iri melihat keindahan rumah
merpati. Jago, aku ingin mempunyai rumah seindah rumah merpati itu. Marilah
kita tempati saja rumah elok permai itu, kita rebut saja. Bukankah tubuhmu
lebih kuat, paaruhmu lebih kokoh dan kaki-kakimu mampu meremukkan tubuh merpati
jantan, jikalau ia hendak memangsamy.
Ayan jago pun terbujuk dan langsung
menyambutnya dengan anggukan sombong sambil melagukan nyanyian panjang
kukukuruyukkkk... kukukuruuyoouu...
Alkisah, kedua ayam itu pun segera
menempati rumah sang merpati. Kedua ayam tentu saja lebih besar dan
memporak-porak pandakan rumah sepasang merpati yang indah itu. Tidak hanya itu
yang mereka lakukan. Sepasang ayam itu dengan rakus menghabiskan semua makanan
yang terdapat di rumah itu.
Tatkala, suatu senja sepasang merpati
tersebut kembali ke rumahnya. Mereka melihat sepasang ayam yang sedang
memporak-pandakan rumah mereka. Alangkah terkejutnya mereka melihat kejadian
itu.
Walaupun tubuh merpati lebih kecil, demi
melihat kejadian tidak adil seperti itu, sang merpati jantanpun murka dan
mengundang perkelahian. Perkelahian sengit pun terjadi. Kedua merpati melawan
kedua ekor ayam tentunya akan kewalahan. Setelah lama mereka berkelahi, oleh
merpati jantan mereka di ajak mengahdap hakim.
Mereka pun hendak menemui pak kancing,
belum lagi sempat bertemu dengan pak kancil, tiba-tiba datanglah seekor musang
yang sebenarnya tidak mengetahui apa persoalannya. Dengan tenang musang pun
berjalan mendekati kedua belah pihak, terutama sangat dekat dengan sepasang
ayam, seolah-olah ingin membelanya. “Coba ayam ceritakan apa yang sebenarnya
terjadi” tanya musang. “Mendekatlah agar merpati tidak mendengarnya” lanjutnya.
Tanpa pikir panjang, kedua ayam itu
mendekat. Begitu sampai di dekat tubuh musang, keduanya lantas menjadi santapan
musang yang dengan rakus lalu melumat tubuh keduanya itu. Merpati tersentak,
sadar lalu terbang. Sambil terbang tak lupa ia berkata, “Terima kasih pak
Musang, Jasamu tak terlupakan”
E.
Penilaian
Bentuk :
Tertulis
Tehnik :
Lembar kerja
Instrumen : Soal
Latihan!
Jawablah pertanyaaan di
bawah ini berdasarkan cerita dongeng di atas!
1.
Sebutkan tokoh-tokoh dongeng fabel
tersebut!
2.
Apakah tema yang tepat untuk cerita di
atas?
3.
Sebutkanlah hal yang menarik menurut
pendapatmu pada cerita fabel di atas!
4.
Jika sepasang merpati ini manusia.
Manusia seperti apakah mereka?
5.
Pelajaran apa yang dapat di petik
(pesan) dari cerita di atas?
Kunci
Jawaban
1.
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita
di atas adalah sepasang merpati, sepasang ayam dan musang.
2.
Tema yang tepat dalam cerita di atas
adalah sepasang ayam yang iri kepada sepasang merpati.
3.
Hal yang menarik dalam dongeng kerika
musang yang datang secara tiba-tiba yang sepertinya ingin membela sepasang ayam
ternyata malah melumat habis sepasang ayam tersebut.
4.
Jika merpati itu adalah manusia, mereka
adalah manusia yang baik dan bekerja keras.
5.
Pesan atau pelajaran yang dapat kita
petik dari cerita di atas adalah agar kita tidak merampas hak orang lain karena
iri, syirik dan cemburu bukanlah hal yang
baik malah akan merugikan diri kita sendiri.
Rubrik
Penilaian
No
|
Soal
|
Skor
|
1
|
No 1
|
20
|
2
|
No 2
|
20
|
3
|
No 3
|
20
|
4
|
No 4
|
20
|
5
|
No 5
|
20
|
Jumlah
|
100
|
Skor maksimal : 100
Nilai Akhir : Skor yang dicapai X
100
Skor maksimal
Daftar
Pustaka
Laelasari, 2008.
“Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII Sekolah Menengah Pertama
(SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTS). Bandung :
Rama Widya
Trianto, Agus. 2007. “
Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII Sekolah Menengah Pertama
(SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTS). Jakarta :
Esis
1 komentar:
sangat menarik
Posting Komentar